Rabu, 03 Oktober 2018

Islam Nusantara berkedok Wasathiyyah

Jika model pelemahan umat muslim di Timur Tengah menggunakan bom rudal dan seperangkat gencatan senjata canggih, di Barat muslim distigmakan teroris radikalis, tak jauh berbeda dengan di Indonesia. Ada saja cara-cara pendangkalan aqidah umat muslim yang digencarkan oleh otak kotor orang-orang liberal cetakan Barat.

Mungkin sangat akrab ditelinga umat Muhammad di negri ini mengenai macam-macam sekte Islam yang banyak beredar. Mulai dari Islam liberal, Islam moderat, hingga yang belakangan mencuat kontroversi panas yakni "Islam Nusantara".

Namun mereka tak tinggal diam. Dikala para penentang teori Islam nusantara semakin berkembang sebab banyak ulama-ulama hanif nan muskhlis meluruskan, orang-orang liberal didikan barat yang bercokol di bumi Indonesia dan menjadi musuh dalam selimut umat Islam ini memunculkan gaung Islam yang lebih 'soft' ketimbang produk Islam ala mereka sebelumnya.

Islam model baru ini lebih manis di telinga namun amat sangat membahayakan, bahkan bisa menimbulkan perpecahan di tubuh umat Islam. Tak tanggung-tanggung, landasannya mereka pelintir dari kalam Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an:
"وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا  ۗ ..."
"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ..." (Qs. Al-Baqarah: 143)

Dari potongan firman Allah berbunyi "اُمَّةً وَّسَطًا" inilah mereka racik Islam model baru bertajuk "Islam Wasathiyah".
Menurut mereka, Islam Wasathiyah merupakan kunci perdamaian dunia, sebab menjadikan umat muslim berada di jalan tengah, tak terlalu fanatik dengan keislamannya.

Sebab lemahnya 'Wa'yu Siyasi' masyarakat terhadap model penjajahan Barat baru kepada para pemeluk Islam, kebanyakan masyarakat cenderung mengikuti arus dan menelan mentah-mentah racun berbalut madu ini. Mereka latah mengatakan Islam jalan tengah, Islam yang toleran, dan beribu statement beralasan yang cingkrang landasan.

Padahal makna "Wasathan" dalam ayat tersebut harus difahami secara keseluruhan melalui penjelasan kalimat selanjutnya: "لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا" agar memiliki makna lain yang lebih komprehensif, sebab berfungsi sebagai qarinah (indikasi) yang menjelaskan makna dari frase ummatan wasathan.

Abu Sa'id al-Khudri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Al-Wasath adalah al-'Adlu (adil)" (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad).
Sebagaimana dalam Al-Qur'an dijelaskan hakikat 'adil:
وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُم
Dan persaksikanlah dengan 2 orang saksi yang adil di antara kamu (QS At-Tholaq: 2).
'Adil bermakna bahwa umat Islam berlaku lurus dalam menjalankan perintah Allah dan RasulNya, dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya. Ummat Islam akan konsisten dengan hukum-hukum Islam.

Gema Islam Wasathiyyah mengingatkan kita pada salah seorang penjajah berbalut panggilan ulama bernama "Snouck Hurgronje" yang sengaja dikirim Barat untuk menyesatkan muslim di Indonesia pada era penjajahan Belanda.

"Bagi Snouck Hurgronje musuh politik kolonial bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik" (seraamedia.org, 03/08/2018)

Snouck Hurgronje hadir di Bumi Nusantara. Namanya digelari "Ustadz", derajatnya diagung-agungkan, bahkan dijadikan salah seorang penasehat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia), sebab ketinggian hirarki potensinya yang hafal qur'an, fasih berbahasa Arab, serta keramahannya dan naluri intelektualnya yang membuat para ulama tak segan membimbingnya. Namun nyatanya, masuk Islamnya Snouck hanyalah hipokrit belaka.

Melihat sepak terjang Snouck dalam mengoyak aqidah dan upayanya dalam menggagalkan kebangkitan umat Islam di bumi nusantara seharusnya menjadikan kita sadar betul, bahwa tujuan pencetusan Islam Wasathiyyah pun sama halnya dengan kedatangan Snouck ke negri ini di era penjajahan Belanda.

Penyeru Islam Wasathiyah di Indonesia pun nyatanya adalah mereka -para ulama- yang notabene menjadi rujukan dan panutan kaum muslim dalam menjalankan ad-Diinul Islam. Tapi ulama yang menjadi catatan disini adalah mereka yang memang sudah dipesan oleh Barat untuk meluncurkan gema Islam wasathiyyah, merekalah orang-orang liberal didikan Barat.

Sebagaimana yang dapat kita fahami dari petikan informasi berfilosofi dalam prawacana RAND CORPORATION berbunyi: "Merancang bijaksana memerlukan pendekatan yang halus berbutir pemahaman
sedang berlangsung perjuangan ideologis dalam Islam, untuk mengidentifikasi mitra yang tepat dan
tetapkan tujuan yang realistis dan sarana untuk mendorong evolusi dalam cara yang positif. Amerika Serikat memiliki tiga tujuan dalam hal politisasi Islam. Pertama, ia ingin
mencegah penyebaran ekstremisme dan kekerasan. Kedua, dalam melakukannya, perlu
menghindari kesan bahwa Amerika Serikat adalah "bertentangan dengan Islam." Dan ketiga, di
semakin lama berjalan, ia harus menemukan cara untuk membantu anda, dalam bidang ekonomi, sosial,
dan politik menyebabkan makan radikalisme Islam dan untuk mendorong bergerak ke arah
pembangunan dan demokratisasi."

Sangat jelas terlihat bahwa Barat mengerahkan segala daya upaya nya untuk terus meracuni Islam, mempolitisasi Islam. Ini adalah cara paling halus dan ampuh membius umat muslim di negri-negri muslim yang bebas ketegangan konflik bersenjata dari upayanya mencerahkan masa depan dunia Islam dalam penegakan institusi Daulah Islam.

Maka, sudah sepatutnya umat muslim sadar. Bahwa beban hidup dengan identitas muslim hari ini sungguh sangat berat. Berbagai serangan pemikiran berupa deislamisasi berbalut istilah Islam Wasathiyyah dan upaya-upaya penyudutan ajaran Islam beserta pemeluknya menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam dewasa ini.

Umat harus sadar pula akan urgensitas berjuang menegakkan Syari'at Allah di muka bumi melalui sebuah institusi, yakni perjuangan penegakan Islam secara kaffah. Sebab akar terjadinya beragam problematika ummat semenjak runtuhnya Institusi Khilafah pada 3 Maret 1924 adalah tidak adanya penerapan Syari'at Islam dalam naungan Daulah Islam, kaum muslimin tidak memiliki junnah yang dapat mewujudkan Islam rahmatan Lil 'alamin yang dengannya dapat melindungi umat muslim dan umat beragama lainnya yang mau tunduk pada Syari'at Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar